Pilpres yang akan berlangsung sebentar lagi menyisakan
sekelumit persoalan dan pemikiran yang tak bisa di mengerti oleh berbagai
kalangan, berangkat dari ideology apapun akan terbentur pada suatu hal yang di
nilai tidak masuk akal dan relevan jika menerima kenyataan pemilu saat
ini, ideology Islam sebagai salah satu
ideologi sebuah partai pun akhirnya harus bebesar hati menerima kenyataan
sesungguhnya bahwa islam lebih atas menjajakan agama “menjual agama” demi kepentingan
segelintir orang untuk meraih kekuasaan nya.
Tidak bisa di pungkiri, partai islam yang sejati nya memiliki
ideology persamaan dalam politik nya harus saling “bunuh” untuk menyatakan
keberadaan nya di jagad politik Indonesia, apa hanya demi kepentingan ini lalu
sebuah ideology yang lahir dari perjalanan panjang sejarah dunia harus saling
menghujat untuk kepentingan sesaat saja, Menarik mengakaji perkembagan Islam
dalam pertemuannya dengan masyarakat modern, terutama isu2 demokrasi dan
kebebasan sipil, khususnya di Indonesia sebagai buah dari hasil reformasi
nasional. kekenyalan ajaran Islam terutama ketika berhadapan dengan modernitas
menciptakan penguatan nilai ajarannya yg mendoromg pertumbuhan demokrasi dan
kekebasan sipil terjadi di masyarakat luas. Doktrin2 tentang permusyawaratan
(negoisasi) sebagai instrumen dan nilai utama pengambilan keputusan publik menjadi relevan,
belum lagi dalam soal konsensus sosial yang telah mengakar dalam budaya masyarakat
Indonesia menemukan persemaiannya dalam sistem demokrasi modern. Islam juga
mengajarkan bagaimana hak2 individu dan pertanggungjawaban pribadinya dihadapan
Tuhan menemukan relevansi sosiologisnya dalam masyarakat yang melahirkan
kemerdekaan dan kebebasan sipil. Karena itulah tugas kita dlm Pemilu ini adalah
mendorong dan mengesplorasi kembali nilai2 Islam dalam kitab suci dan korpus2
keagamaan lain untuk terus menumbuhkan tatanan baru yang dicita-citakan bangsa
Indonesia sebagai bagian penting dari masyarakat dunia. (global society)
Lantas apa yang menjadi kepentingan Partai
Islam dalam Pilpres, masih menjadi tanda Tanya besar tentunya bagi sebahagian
besar penduduk negeri ini yang di huni oleh mayoritas masyarakat muslim di
indonesia, mungkin konsep dasar dari sebuah partai islam harus di pahami dari berbagai
pandangan yang berbeda, hanya saja islam sebagai salah satu agama yang
keberadaan nya sebagai salah satu pilar sejarah lahir nya bangsa ini harus
ternoda dengan paradigma yang ada pada saat ini, masyarakat luas menilai nya
bukan lagi sebagai sebuah agama suci yang lahir dari keyakinan hati setiap
individu yang meyakini nya melainkan sebagai sebuah alat politik yang
menciderai dari nilai-nilai islam itu sendiri, hal ini jelas terlihat dari
ketidaksamaan pandangan terhadap pilihan koalisi partai-partai islam pendukung
Capres-cawapres 2014.
Para petinggi partai lebih memntingkan besarnya
jumlah mata pilih dari seorang capres di bandingkan dengan kenyataan ideology
islam sebagai dasar dari lahirnya sebuah partai islam, tidak bisa di pungkiri
banyak nya kader-kader bahkan petinggi partai yang berjiwa nasionalis bahkan
turut serta dalam kepentingan koalisi kekuasaan yang sedang menjabat, mereka
mengenyampingkan dasar ideology dan mengupayakan posisi-posisi tertentu untuk
menampakkan diri atau hanya sekedar menyambung nafas sesaat demi tercapai nya
tujuan dari segelintir elit-elit petinggi partai.
Peran partai Islam saat ini saya rasa hanya
sebagai pelengkap dan ikut-ikutan saja di dalam demokrasi nyata yang telah
berlangsung saat ini, masyarakat sudah tidak sepenuhnya mempercayai
partai-partai yang mengatasnamakan islam, ini di dasari dari suatu kenyataan
yang hadir di tengah-tengah hidup berbangsa dan bernegara di mana peran partai
islam lebih kepada kekuasaan tidak lagi kepada kemaslahatan umat seutuh nya.
Oleh : Sepriano,S.Sos
Alumni STIA SS Muara Bungo 2011
Administrasi Negara